Kata siapa kita miskin?? kita kaya. Kaya karena kita sehat. Kaya karena kita punya orang yang masih sayang dan peduli dengan kita. Kaya karena kita punya hati yang masih bisa peduli dengan orang lain. Kaya karena kita masih bisa menghirup udara ini. Kaya karena punya dua mata untuk melihat. Kaya karena punya dua kaki untuk berjalan. Kaya karena masih bisa merasa. Kaya karena kita punya dua telinga untuk mendengar. Kaya karena kita punya dua tangan untuk mengambil apapaun. Tapi tak jarang dari kita lupa akan kekayaan sebenarnya yang kita punya. Mulai hari ini berbahagialah karena kita kaya, bukan kaya karena harta tapi kaya karena anugerah hidup yang diberikan kepada kita. Semoga kita selalu bisa bersyukur dengan apa yang kita punya.
13/04/11
11/04/11
1 April 2011
Hari ini tanggal 1 April 2011, aku berangkat dari rumah pukul 07.00 menuju gedung Grinatha jl. pemuda Semarang. Dimana hari yang untuk kesekian kalinya aku diundang untuk psikotes dan wawancara disebuah perusahaan outsourcing. Psikotes dan wawancara dilakukan pukul 09.00 dan aku berusaha untuk tidak terlambat. Tidak seperti biasanya, seperti wawancara sebelumnya, seseorang yang mewancaraiku sangat bijak dan peduli denganku. Aku juga heran kenapa masih ada orang yang peduli dan baik dengan jaman sekarang ini. Saat wawancara, mbak Ana (orang yang mewawancaraiku) bertanya seperti biasa "udah pernah kerja?", "belum sama skali mbak" jawabku. "Wah sayang skali tinggi badan mbak kurang padahal cuma kurang dikit lho" kata mbak Ana. Akupun hanya tersenyum pasrah, karena sudah beberapa kali gagal karena masalah tinggi badan (sudah biasa). Tidak seperti wawancara-wawancara sebelumnya yang selalu tanpa pesan. Disini mbak Ana menganjurkanku untuk mencoba untuk menulis, karena beliau tahu kalau aku jurusan Ilmu Komunikasi (Jurusan yang dulu sangat kubanggakan). "sayang lho, mbaknya kan nilainya bagus, sekolahnya juga bagus, kan sayang kalau nggak kerja" kata mb Ana sambil tersenyum. Aku langsung tahu mahsudnya, kalau aku memang tidak sesuai bekerja di perusahaan itu. Tapi hal ini sama sekali tidak membuatku minder atau putus asa, malah aku sangat berterima kasih pada mbak Ana. Sekali lagi dia bertanya padaku "udah pernah nulis trs dikirim ke majalah atau koran?sayang lho kalau nggak diaplikasikan", "belum" jawabku lagi. Sebenarnya aku juga ingin mencoba menulis, yah walaupun hanya cerpen atau apalah tapi rasanya belum pede, kecuali nulis status di facebook,hehe..;) (maklum aku orangnya to the point dan males berkata-kata, sudah terbukti dalam skripsi dan tugas-tugas yang selalu mentok dengan halaman yang minim,hehe..). Mungkin dengan saran dari mbak Ana, aku akan belajar menulis sedikit demi sedikit, yah semoga aja nggak males,hehe.. Seperti kata pepatah, bisa karena terbiasa. Semoga ini menjadi awal untukku, untuk bisa belajar menulis dan bercerita.
Langganan:
Postingan (Atom)